Laporan Pendahuluan
Preeklamsia
A. Pengertian
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
( Mansjoer Arief, 2001 : 270 )
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke 20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasospastik yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria.
( Bobak, 2004 : 629 )
Preeklampsia berat / sindrom help adalah suatu keadaan multisystem , merupakan suatu bentuk preeklampsia-eklampsia berat dimana ibu tersebut mengalami berbagai keluhan dan menunjukkan adanya bukti laboratorium umum untuk sindrom hemolisis ( H ) sel darah merah, peningkatan enzim hati ( EL ), dan trombosit rendah ( LP ).
( Bobak, 2004 : 632 )
B. Etiologi
Penyebabnya sampai sekarang belum jelas. Penyakit ini dianggap sebagai suatu “Maladaption Syndrome” dengan akibat suatu vasospasme general dengan segala akibat-akibatnya.
C. Manifestasi Klinis
Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejala berikut :
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolic ≥110 mmHg.
2. Proteinuria t ≥ 5g / 24 jam atau ≥ 3 pada tes celup.
3. Oliguria ( < 400 ml dalam 24 jam ).
4. Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.
5. Nyeri epigastrium dan ikterus.
6. Edema paru atau sianosis.
7. Trombositopenia.
8. Pertumbuhan janin terhambat.
D. Patofisiologi
Patofisiologi preeklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vascular sistemik ( Systemic Vascular Resistance ( SVR )), peningkatan curah jantung, penurunan tekanan osmotic koloid. Pada preeklampsia volume plasma yang beredar menurun sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun.
Vasospasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai preeklamsia. Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensivitas terhadap tekanan peredaran darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara prostasiklin prostaglandin dan tromboksan A2.
Penelitian telah menguji kemampuan aspirin ( suatu inhibitor prostaglandin ) untuk mengubah patofisiologi preeklampsia dengan menggangu produksi tromboksan. Investigasi pemakaian aspirin sebagai suatu pengobatan profilaksis dalam mencegah preeklmpsia dan rasio untung-rugi pada ibu dan janin / neonates masih terus berlangsung. Penelitian lain sedang mempelajari pemakaian suplemen kalsium untuk mencegah hipertensi pada kehamilan.
Selain kerusakan endotalial, vasospasme arterial turut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume intravascular, mempredisposisi pasien yang mengalami preklampsia mudah menderita edema paru. ( Dildy, dkk, 1991 ).
Easterling dan Benedetti ( 1989 ) menyatakan bahwa preeklampsia ialah suatu keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinuria merupakan akibat hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang hiperfungsi di ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk preeklampsia.
Hubungan sistem imun dengan preeklampsia menunjukkan bahwa factor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan preeklampsia ( sibai 1991 ). Keberadaan protein asing, plasenta, atau janin bisa membangkitkan respons imunologis lanjut. Teori ini didukung oleh peningkatan insiden preeklampsia-eklampsia pada ibu baru ( pertama kali terpapar jaringan janin ) dan apada ibu hamil dari pasangan yang baru ( materi genetic yang berbeda ).
Presdiposisi genetic dapat merupakan factor imunologis lain ( cheshey, 1984 ). Sibai ( 1991 ) menemukan adanya frekuensi preeklampsia dan eklampsia pada anak dan cucu wanita yang memiliki riwayat eklampsia yang menunjukkan suatu gen resesif autosom yang mengatur respon imun maternal. Factor paternal juga sedang diteliti. ( Klonoff,Cohen,dkk.1989 ).
E. Pathway
F. Komplikasi
Tergantung derajat preeklampsia atau eklampsianya. Yang termasuk komplikasi antara lain :
• Atonia uteri ( uterus couvelaire )
• Sindrom HELLP ( hemolisis, elevated liver enzymes, loe platelet count )
• Ablasi retina
• KID ( koagulasi intravascular desiminata )
• Gagal ginjal
• Perdarahan otak
• Edema paru
• Gagal jantung
• Syok dan kematian
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut atau kronisnya insufisiensi uteroplasental misalnya pertumbuha janin terhambat dan prematuritas.
G. Penatalaksanaan
1. Segera masuk rumah sakit.
2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit
3. Infuse dextrose 5 % dimana setiap 1 liter diselingi dengan infuse RL ( 60-125 cc/jam ).
4. Antasida.
5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
6. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat.
7. Diuretic tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif
atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg / im.
atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg / im.
8. Anti Hipertensi diberikan bila :
a. Desakan darah sistolik lebih 180 mmHg, diastolic lebih 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolic kurang 105 mmHg ( bukan kurang 90 mmHg ) karena akan menurunkan perfusi plasenta.
b. Dosis Anti hipertensi sama dengan dosis anti hipertensi pada umumnya.
c. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat anti hipertensi parenteral ( tetesan kontinyu ), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infuse atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
d. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet anti hipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali, bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral.
9. Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan ordilanid D.
10. Lain-lain
- Konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.
- Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rectal lebih 38,5C dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alcohol atau xylumidon 2 cc im.
- Antibiotic diberikan atas indikasi. Diberikan ampicilin 1 gr/6jam/iv/hr.
- Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg seskali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.