Askep HIV/AIDS

KONSEP DASAR

 askep HIV?AIDS

1. Defenisi
AIDS singkatan dari Acquired Immnuo Deficiency Sindrome adalah sekelompok penyakit yang terjadi ketikasistem kekebalan seseorang dirusak oleh HIV. Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV merasa sehat selama tahun pertama setelah terserang virus itu, namun mereka akan segera menderita AIDS (Granich, Reuben dan Jonathan Mermin, 2003).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyebabkan terjadinya AIDS (Acquired immune deficiency syndrome) pada seseorang (Brashers, 2008). Penderita HIV akan mengalami infeksi kerusakan pada sistem imun tubuh yang ditandai dengan gejala AIDS (Nursalam, 2007).

2. Etiologi
HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1, Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika barat (warga senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tetapi tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Sylvia, 2005)

3. Kelompok RisikoTinggi HIV/AIDS
Menurut (Komisi Penanggulangan AIDS Kota Medan,2012). HIV/AIDS dapat menular melalui: darah, cairan sperma, cairan vagina, dan ASI (air susu ibu) yang postif HIV. HIV/AIDS tidak menular melalui: bersalaman, tinggal serumah, ciuman pipi, makanan, gigitan nyamuk, alat makanan, berenang bersama, batuk bersin, air mata, sabun mandi, dam kegiatan sehari-hari. Golongan yang berisiko tinggi untuk terinfeksi HIV adalah transfusi darah yang tercemar virus HIV, penggunaan jarum suntik secara bergantian pada pengguna narkoba suntik, transplatasi organ tubuh yang tidak steril jarum tattoo dan jarum tindik yang telah tercemar virus HIV, hubungan sex yang tidak aman ( tidak menggunakan kondom), dan ibu HIV- positif yang melahirkan dan menyusui bayinya.

4. Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.

Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.

Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.

Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut “periode jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)

5. Manifestasi Klinis
Gejala mayor
• Penurunan BB ≥ 10%
• Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
• Diare kronis
• Tuberkulosis
Gejala minor
- Koordinasi orofaringeal
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Kelemahan tubuh
- Berkeringat malam
- Hilang nafsu makan
- Infeksi kulit generalisata
- Limfodenopati
- Herpes zoster
- Infeksi herpes simplek kronis
- Pneumonia

6. Komplikasi
Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2010 ) antara lain :
a. Pneumonia pneumocystis (PCP)
b. Tuberculosis (TBC)
c. Esofagitis
d. Diare
e. Toksoplasmositis
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif
g. Sarcoma Kaposi
h. Kanker getah bening
i Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)

7. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Endah Istiqomah : 2009) :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
- Didanosine
- Ribavirin
- Diedoxycytidine
- Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

8. Cara Penularan HIV/AIDS
Penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui berbagai cara menurut(Zein Umar, 2006 ), yaitu :
a. Kontak seksual, kontak dengan darah atau secret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Air SusuIbu).
b. Penularan melalui hubungan seksual, heteroseksual adalah yang paling dominan, penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan lakilaki.
Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal, (anus/dubur), oral (mulut) antara dua individu
c.  Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV
d. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusukke dalam tubuh yang terkontaminasidengan virus HIV, seperti jarum tato atau pengguna narkoba suntik secara bergantian.
e.  Melalui transplantasi organ pengidap HIV
f.  Penularan dari ibu ke anak kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia kandung, dilahirkan, dan sesudah lahir.

9. Pencegahan HIV/AIDS
Menurut ( Komisi Penanggulangan AIDS kota Medan, 2012 )berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi penularan penyakit AIDS yaitu: hindari hubungan seks berganti-ganti pasangan, bersikap saling setia dengan pasangan, cegah dengan menggunakan kondom, dihindari pemakaian narkoba suntik, dan education pendidikan dan penyuluhan tentang AIDS.

Terimaksih sudah membaca Askep HIV/AIDS semoga bermanfaat untuk anda

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Askep HIV/AIDS

  • Asuhan Keperawatan Pada An. Z Dengan BRPN (Bronkopnemonia) Asuhan Keperawatan Pada An. Z Dengan BRPN (Bronkopnemonia) Diruang Bougenfil 2 RSUD dr. XY Kudus 1. Pasien Nama : An. Z, umur : 10 bulan, jenis kelamin : ...
  • Askep DSS (DENGUE SHOCK SYNDROME) Laporan Pendahuluan DENGUE SHOCK SYNDROME (DSS) A. Definisi. Penyakit Dengue adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus ( arthropod-borne virus ) da ...
  • askep karies gigi Laporan Pendahuluan Karies Gigi 1. Definisi Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan sesementum, yang disebabkan oleh akti ...
  • Asuhan Keperawatan Pada Ny. D Dengan Chronic Heart Failure (CHF) Asuhan Keperawatan Pada Ny. D Dengan Chronic Heart Failure (CHF) Di Ruang Flamboyan Rsud XY Pati 1. Pasien Klien Ny.D, Perempuan , Islam, usia 57 tahun, ...
  • Askep Hematemesis Melena Laporan Pendahuluan Hematemesis Melena A. PENGERTIAN  Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran cerna bagian atas. Melen ...