Laporan Pendahuluan
Low Back Pain (LBP)
A. Definisi
Low back pain dipersepsikan ketidaknyamanan berhubungan dengan lumbal atau area sacral pada tulang belakang atau sekitar jaringan.
(Randy Mariam.1997)
Low back pain (LBP) adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus, osteoartritis dari lumbal sakral pada tulang belakang.
(Brunner & Suddarth.2002)
B. Etiologi
1. Perubahan postur tubuh, baik karena trauma primer maupun sekunder
• Trauma primer : trauma secara spontan, contohnya kecelakaan
• Trauma sekunder : adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis
2. Ketidakstabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot
3. Prosedur degenerasi pada lansia
4. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi
5. Mengangkat beban dengan cara yang salah
6. Ketidaksamaan panjang tungkai
Faktor resiko low back pain
1. Faktor resiko secara fisiologi.
• Umur ( 20 – 50 tahun ).
• Kurangnya latihan fisik.
• Postur yang kurang anatomis.
• Kegemukan.
• Scoliosis parah.
• Spondilitis.
• Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ).
• Osteoporosis.
• Merokok.
2. Faktor resiko dari lingkungan.
• Duduk terlalu lama.
• Terlalu lama pada getaran.
• Keseleo atau terpelintir.
• Olah raga ( golp,tennis,gymnastik,dan sepak bola ).
• Vibrasi yang lama.
3. Faktor resiko dari psikososial.
• Ketidak nyamanan kerja.
• Depresi.
• Stress.
C. Manifestasi klinis
1. Perubahan gaya berjalan
• Berjalan terasa kaku
• Tidak bisa memutar punggung
• Pincang.
2. Persyarafan
• Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
• Tidak terkontrol BAB dan BAK.
3. Nyeri
• Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
• Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
• Nyeri otot dalam.
• Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
• Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
• Nyeri pada pertengahan bokong.
• Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
D. Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastik yang tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit flesibel yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis.
Kontruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertrebalis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Diskus lumbal bawah, L5-L4 dan L5-S1 menderita stres mekanis paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus (herniasi nukleus pulposus) dapat mengakibatkan penekanan pada akar syraf ketika keluar dari kanalis spinalis yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.
E. Penatalaksanaan
Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu dengan tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempat tidur dengan matras yang padat dan tidak membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit menekuk lututnya atau berbaring miring dengan lutu dan panggul ditekuk dan tungkai dan sebuah bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis. Kadang-kadang pasien perlu dirawat untuk penanganan “konservatif aktif” dan fisioterapi. Traksi pelvic intermiten dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi bisa meliputi pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah, kompres lembab dan panas, kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma merupakan kontra indikasi kompres panas. Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien dengan masalah kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer massif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat pembengkakan pada stadium akut.
Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan untuk membuat relaks pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat antiinflamasi, seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia.
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X vertebra : mungkin memperlihatkan adanya fraktur,dislokasi,infeksi,osteoartritis atau scoliosis.
b. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit yang mendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
c. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
d. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang.
e. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi atau protrusi diskus.
f. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
g. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddart.2002.KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.Jakarta:EGC
Doenges, Marilynn E.2000.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN.Jakarta:EGC
Priharjo, Robert.2007.Pengkajian Fisik Keperawatan.Jakarta:EGC