KONSEP DASAR
1. Definisi
Diabetes Militus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif yang dilator belakangi oleh insulin.
Diabetes militus tipe 2, dulunya disebut NIDDM (non-insulin-dependent diabetes militus), terdiri dari 90%-95% dari contoh diabetes. Dimulai dengan perlawanan insulin, sebuah situasi dimana sel tidak seluruhnya menggunakan insulin. Sebagai kebutuhan untuk meningkatkan insulin, pankreas berlangsung kehilangan kemampuan untuk memproduksinya. DM tipe 2 mempunyai kecenderungan mempertahankan hidup dari padaa tipe 1 dan tidak menimbulkan diabetes ketoasidosis. (Susan, 2007)
2. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) DM tipe II disebabkan kegagalan relatif sel β dan resisten insulin.Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glikosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defensiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
Diabetes tipe 2 tejadi akibat kombinasi gaya hidup dan faktor genetik. Terdapat beberapa hal yang dapat dikendalikan, misalnya diet dan kegemukan, namun terdapat hal-hal lain yang tidak dapat dikendalikan seperti pertambahan usia, jenis kelamin wanita, dan genetic. Kurang tidur juga dikaitkan dengan diabetes tipe 2. Hal ini diduga terjadi melalui efek kurang tidur terhadap metabolisme. Status gizi seorang ibu selama perkembangan janin dalam kehamilan juga dapat berperan melalui suatu mekanisme yang masih merupakan dugaan yaitu perubahan metilasi DNA.
3. Manifestasi klinis
Gejala klasik diabetes antara lain poliuria (sering berkemih), polidipsia (sering haus), polifagia (sering lapar), dan berat badan turun. Gejala lain yang biasanya ditemukan pada saat diagnosis antara lain: adanya riwayat penglihatan kabur, gatal-gatal, neuropati perifer, infeksi vagina berulang, dan kelelahan. Meskipun demikian, banyak orang tidak mengalami gejala apapun pada beberapa tahun pertama dan baru terdiagnosis pada pemeriksaan rutin. Pasien dengan diabetes melitus tipe 2 jarang datang dalam keadaan koma hiperosmolar nonketotik (yaitu kondisi kadar glukosa darah sangat tinggi yang berhubungan dengan menurunnya kesadaran dan tekanan darah rendah)
4. Patofisiologi
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas dari diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonkotik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas.Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliura, polidipsia, luka pada kulit yang lama tak sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur.
5. Pathway
6 .Komplikasi
Ada 2 komplikasi antara lain :
a. Akut
- Hipoglikemia
- Diabetik ketoasidosis (KTA)
- Sindrom non ketotik hiperosmolar hiperglikemia (SNKHH).
b. Kronis
- Retinopati
a. Akut
- Hipoglikemia
- Diabetik ketoasidosis (KTA)
- Sindrom non ketotik hiperosmolar hiperglikemia (SNKHH).
b. Kronis
- Retinopati
- Nefropati
- Neuropati
7. Pemeriksaan diagnostic
Tes Toleransi glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya tes ini diajurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa darah meningkat dibawah kondisi stress.
a. Gula darah puasa (FBS) normal atau diatas normal.
a. Gula darah puasa (FBS) normal atau diatas normal.
b. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
Tes ini mengukur presentase glukosa yang melekat pada hemoglobin. Glukosa melekat padaa hemoglobin selama hidup sel darah merah.Rentang normal adalah 5%-6%.
Tes ini mengukur presentase glukosa yang melekat pada hemoglobin. Glukosa melekat padaa hemoglobin selama hidup sel darah merah.Rentang normal adalah 5%-6%.
c. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
Pada respon terhadap defisiensi intraseluler, protein dan lemak yang diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis) untuk energi. Selama proses pengubahan ini asam lemak bebas dipecah menjadi badan keton oleh hepar. Ketosis terjadi ditunjukkan oleh ketonuria. Glukosuria menunjukkan bahwa ambang ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai.Ketonuria menandakan ketoasidosis.
Pada respon terhadap defisiensi intraseluler, protein dan lemak yang diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis) untuk energi. Selama proses pengubahan ini asam lemak bebas dipecah menjadi badan keton oleh hepar. Ketosis terjadi ditunjukkan oleh ketonuria. Glukosuria menunjukkan bahwa ambang ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai.Ketonuria menandakan ketoasidosis.
d. Kolestrol dan kadar Trigliserida serum
meningkat menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan aterosklerosis.
meningkat menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan aterosklerosis.
e. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu:
Plasma vena(100)
Plasma vena(100)
- Jika 100-200: Belum pasti DM
- Jika >200 : DM
Darah Kapiler:(80)
- 80-100: Belum pasti DM
- >200:DM
f. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
Plasma Vena: (110)
Plasma Vena: (110)
- 110-120: Belum pasti DM
- >120: DM
Darah kapiler:(90)
- 90-110: Belum pasti DM
- >110: DM
8. Penatalaksanaan
Keperawatan
a. Diet :
Perencanaan makanan pada penderita diabetes mellitus terdiri dari:
1. Perencanaan makan unsur karbohidrat. Tujuannya adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks khususnya yang berserat tinggi seperti roti gandum, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta /mie yang berasal dari gandum yang masih mengandung bekatul.
2. Perencanaan makan unsur protein.Rencana makan dapat mencakup penggunaan beberapa makanan sumber protein nabati untuk membantu mengurangi asupan kolestrol serta lemak jenuh.
3. Perencanaan makan unsur lemak. Perencanaan makan yang mempunyai kandungan lemak dalam diet diabetes mencakup penurunan presentase total kalorinya yang berasal dari sumber lemak hingga kurang 30% total kalori dan pembatasan jumlah lemak jenuh hingga 10% total kalori.
4. Perencanaan makan unsur serat. Tipe diet ini berperan dalam penurunan total kolestrol dan LDL (Low Density Lipoprotein) kolestrol dalam darah.
5. Perencanaan kalori. Rencana makan bagi penyandang diabetes juga memfokuskan presentase kalori yang berasal dari karbohidrat, protein dan lemak.
b. Latihan/Aktivitas :
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin.Sirkulasi darah dan tonus otot akan diperbaiki dengan berolahraga. Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL kolestrol dan menurunkan kadar kolestrol serta trigliserida. Semua manfaat ini sangat penting bagi semua penderita diabetes mengingat adanya peningkatan resiko untuk terkena penyakit kardiovaskuler pada diabetes. Pedoaman latihan untuk penderita diabetes yaitu dengan mengguanakan alas kaki yang tepat, serta menghindari latihan dalam udara yang sangat panas atau dingin, dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan, menghindari latihan pada saat pengendalian metabolik buruk.
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin.Sirkulasi darah dan tonus otot akan diperbaiki dengan berolahraga. Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL kolestrol dan menurunkan kadar kolestrol serta trigliserida. Semua manfaat ini sangat penting bagi semua penderita diabetes mengingat adanya peningkatan resiko untuk terkena penyakit kardiovaskuler pada diabetes. Pedoaman latihan untuk penderita diabetes yaitu dengan mengguanakan alas kaki yang tepat, serta menghindari latihan dalam udara yang sangat panas atau dingin, dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan, menghindari latihan pada saat pengendalian metabolik buruk.
c. Pemantauan kadar glukosa darah :
Denagn melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri. Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal yang kemungkinan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang.
Denagn melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri. Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal yang kemungkinan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang.
d. Pendidikan kesehatan. Diabetes mellitus
merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien bukan hannya belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah yang mendadak tetapi juga memilki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi jangka panjang yang dapat ditimbulkan dari penyakit diabetes mellitus.
merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien bukan hannya belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah yang mendadak tetapi juga memilki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi jangka panjang yang dapat ditimbulkan dari penyakit diabetes mellitus.
Medis
a. Obat hipoglikemik Oral (OHO) seperti Sulfonylurea,biguanid, Inhibitor Alfa Glukosidase.
b. Tipe II Insulin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipogllikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Sebagian penderita DM tipe II yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet atau denagn obat oral membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan.
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari. Dosis insulin yang diperlukan masing-masing pasien ditentukan oleh kadar glukosa darah yang akurat.
9. Diagnosa Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
b. Perubahan persepsi sensori b/d kebutaan : adanya jaringan parut di retina
c. Kurang volume cairan tubuh b/d poliuri
d. Intoleransi aktivitas b/d kelelahan
e. Gangguan integritas kulit b/d gangren
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo, Tjokronegoro.2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Prince ,Sylvia A. 1995.Patofisiologi.Jakarta: EGC.
Smeltzer. Suzanne C.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 .Jakarta : EGC.
Terimaksih sudah membaca Askep Diabetes Militus tipe 2 semoga bermanfaat untuk anda