Askep Carsinoma Colon

KONSEP DASAR

 Askep Kanker Usus Besar

1. Pengertian
Kanker usus adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau  rectum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). (Rama Diananda, 2009)  
Kanker usus besar adalah keganasan yang perkembangannya lambat dan paling sering ditemukan di sekum, kolon sigmoid dan asendens bagian bawah; prognosisnya baik; tanda dan gejala dini biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 2008) 

2. Etiologi 
Walau penyebab kanker usus besar, seperti kanker lainnya, masih belum diketahui telah dikenali beberapa faktor predisposisi. Hubugan antara kolitis useratif, yaitu jenis polip kolon tertentu dengan kanker usus besar telah dibicarakan. 
Faktor predisposisi penting lain mungkin berhubungan dengan kebiasaan makan, karena kanker usus besar (seperti juga divertikulasis) adalah sekitar 10 kali lebih banyak pada penduduk di dunia barat, yang mengkonsumsi lebih banyak makanan yang mengandung karbohidrat refined dan rendah serat kasar, dibandingkan penduduk primitif (Afrika) dengan diit kaya serat kasar. Burkitt (1987) megemukakan bahwa diet rendah serat tinggi karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak, dimana bagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik ini dalam feces yang bervolume lebih kecil. Selain itu, masa transisi feces meningkat. Akibatnya kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama. 

3. Klasifikas
Berdasarkan besar diferensiasi sel karsinoma kalorektal dibuat klasifikasi dalam 4 tingkat : 
a. Grade I : Sel-sel anaplastik tidak melebihi 25 %.
b. Grade II : Sel-sel anaplastik terdapat antara 25-50 %.
c. Grade III : Sel-sel anaplastik terdapat antara 50-75 %.
d. Grade IV : Sel-sel anaplastik terdapat lebih dari 75 %.

Diferensiasi sel juga dikenal klasifikasi Dukes yang dibagi atas penyebaran sel karsinoma. 
a. Stadium I : neoplasma masih terbatas pada dinding rektum dan kolon
b. Stadium II : penyebaran keluar dinding kolon tetapi belum terjadi metastasis ke kelenjar limfe.
c. Stadium III : terdapat metastaksi ke kelenjar-kelenjar regional.
d. Stadium IV : Terdapat metastaksis ke kelenjar limfe yang agar berjauhan atau ke pleksus limfotikus dan ke organ lain sebagaian misal ke hepar, pulmo.

Klasifikasi menurut DUKES yang akhir-akhir ini sering dipakai yaitu :
- A : Kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis
- B1 : Kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa
- B2 : Kanker tekah menembus lapisan muskularis sampai laposan propia
- C1 : Kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak 1 sampai 4 buah. 
- C2 : Kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dar 5 buah.
- D : Kanker telah mengadakan ke organ lain misal ke hati
   
4. Manifestasi Klinis
- Perdarahan pada usus besar 
- Perubahan pada fungsi usus lebih dari enam minggu
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
- Rasa sakit di perut atau bagian belakang
- Perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar
- Rasa lelah yang terus menerus
- Kadang-kadang kanker dapat menjadi pengahalang dalam usus besar yang tampak pada beberapa gejala seperti sembelit, rasa sakit dan rasa kembung di perut.
5. Patofisiologi 
Kanker kolon dapat terjadi dalam salah satu dari dua cara. Didalam sekum dan kolon asenden, lesi-lesi ini cenderung untuk berkembang sesuai polyp yang timbul sebagai  masa yang menyerupai bunga kol menonjol kedalam lumen kolon.Lesi tersebut dapat mengalami ulserasi, tetapi obstruksi kolon jarang terjadi. Dapat terjadi lesi-lesi menembus dinding kolon yang menyebar kejaringan sekitarnya. 
Didalam kolon desendens, terutama bagian rektosigmoid, lebih sering terjadi suatu lesi yang terhapus.Lesi mula-mula berupa masa polypoid yang kecil yang menjadi seperti plak.Plak ini tumbuh secara melingkar, menyebabkan menyempitnya lumen. Obstruksi dapat terjadi akibat terbentuknya faeces pada samping kiri yang tidak dapat melewati lumen yang menyempit. Lesi-lesi ini juga suatu saat dapat menembus di dinding kolon dan meluas kedalam jaringan didekatnya. 
Kanker kolon dapat menyebar melalui penyebaran langsung atau melalui sistem limfotik atau sirkulasi, tertanam di tempat yang jauh pada peritonium atau pada tempat yang tepat yang jauh pada kolon. Liver merupakan organ yang terutama sering terkena metastasis karena pembuluh darah nadi kolon mengalir kedalam vena porta menuju liver.

6. Komplikasi 
- Obstruksi usus parsial atau lengkap
- Hemoragi 
- Perforasi 
- Pembentukan abses 
- Syok 

7. Pemeriksaan Diagnostik
Deteksi dini berupa screening yang diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya kanker usus besar adalah dengan menjalani :
a. Fecal Occult Blood Test (FOBT)
Kanker maupun polip dapat menyebabkan perdarahan dan FOBT dapat mendeteksi adanya darah pada tinja. FOBT ini adalah test untuk memeriksa tinja. Bila tes ini mendeteksi adanya darah, harus dicari darimana sumber darah tersebut, apakah dari rectum, kolon atau bagian usus lainnya dengan pemeriksaan yang lain. Penyakit wasir juga dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja.
b. Sigmoidoscopy 
Yakni suatu pemeriksaan dengan suatu alat berupa kabel seperti kabel kopling yang diujungnya ada alat petunjuk yang ada cahaya dan bisa diteropong. Alatnya disebut sigmoidoscope, sedangkan pemeriksaanya disebut sigmoidoscopy. Alat ini dimasukkan melalui lubang dubur ke dalam rektum sampai kolon sigmoid, sehingga dinding dalam rectum dan kolon sigmoid dapat dilihat. Bila ditemukan adanya polip, dapat sekalian diangkat. Bila ada masa tumor yang dicurigai kanker, dilakukan biopsy, kemudian diperiksakan ke bagian patologi anatomi untuk menentukan ganas tidaknya dan jenis keganasannya.
c. Colonoscopy 
Sama seperti sigmoidoscopy, namun menggunakan kabel yang lebih panjang, sehingga seluruh rectum dan usus besar dapat diteropong dan diperiksa. Alat yang digunakan adalah colonoscope.
d. Double-contrastbarium enema
Yakni pemeriksaan radiologi dengan sinar rontgen (sinar X) pada kolon dan rectum. Penderita diberikan enema dengan larutan barium dan udara yang dipompakan ke dalam rectum. Kemudian difoto. Seluruh lapisan dinding dalam kolon dapat dilihat apakah normal atau ada kelainan.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
a. Operasi paliatif ditambah terapi krioablasi argon-helium intra-operasi : bila kanker sudah menyebar luas, tidak dapat dibuang total, tetap perlu mengangkat kanker untuk menghindari kelak timbul obstruksi atau perdarahan usus; selain itu, kanker sering mengalami nekrosis atau infeksi sekunder, setelah dioperasi kondisi fisik dapat membaik. Untuk kelenjar limfe yang sulit diangkat, dapat dilakukan krioblasi intra-operasi untuk mengurangi rudapaksa dan mempercepat proses pemulihan.
b. Metastasis usus besar paling sering ke hati. Sekitar 10-25% pasien ketika didiagnosis sudah terdapat anak sebar di hati, pada kanker usus besar stasium sedang dan lanjut 40-70% memiliki metastasis di hati. Untuk pasien dengan anak sebar di hati, tidak boleh putus asa, karena bila anak sebar di hati ditangani dengan tepat hasilnya lebih baik daripada kanker hati primer. Untuk kasus demikian, waktu operasi dapat dilakukan krioblasi argon-helium terhadap anak sebar di hati, tapi bila insisi bedah letaknya jauh dari hati, maka pasca operasi dapat dilakukan krioblasi  argon-helium perkutan. Kanker metastasis di hati setelah diterapi dengan ablasi memiliki survival 5 tahun 50% lebih. Diantara pasien yang kambuh, sekitar 35% kekambuhan terjadi di hati. Terhadap kanker yang kambuh demikian, masih dapat dilakukan krioblasi perkutan.
c. Terhadap anak sebar tunggal di paru-paru terutama dengan diameter kurang dari 3cm, dapat dipertimbangkan reseksi paru, tapi bila kondisi pasien buruk, dapat dilakukan terapi krioablasi perkutan.
d. Kemoterapi penunjang : termasuk kemoterapi pra-operasi, sering dengan 5FU peroral atau intravena, atau infuse intra-arteri; waktu operasi dilakukan pembilasan rongga peritoneum dengan obat kemoterapi intralumen usus; kemoterapi pasca operasi, pasien dapat meminum levamisol (50mg per oral, tiap 8 jam, selama 3 hari berturut-turut, diulang tiap minggu), ditambah 5FU intravena (450mg/m2 per hari, selama 5 hari berturut-turut, lalu dalam 28 hari setiap minggu diinfuskan 450mg/m2), terapi dilanjutkan 18 bulan. Terapi penunjang kanker rectum berbeda dengan kanker kolon, karena pasca operasi kanker rectum sering kambuh. Maka harus diberikan kombinasi radioterapi dan kemoterapi, sejak hari ke-64 diberi radioterapi, tiap minggu 5 kali, total 5 minggu, dosis total 4500cGy.
Terutama selama kemoterapi harus digunakan herbal penambah energy dan darah (buqiyangxue), penguat energy penyehat pencernaan (yiqijianpi), penguat materi penambah sekresi (yangyinshengjin) dan lainnya dapat mengurangi efek buruk kemoterapi.
  
Penatalaksanaan Bedah
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993) :
a. Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
b. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rectum serta sfingter anal)
c. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanostomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum reseksi)
d. Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi) 

Penetalaksanaan Teraupetik
- Kolaborasi dengan ahli diet klinis untuk merencanakan diet yang sesuai dengan penyakit
- Cairan dan nutrisi parenteral
- Dekompresi/aspirasi nasogastrik/usus
- Penatalaksanaan nyeri
- Agen kemoterapi
- Terapi radiasi, imunoterapi
- Intervensi pembedahan (reseksi usus, ostomi, reseksi abdominoperineal)
- Wound, Ostomy, Continence/ ET Nurse
- Layanan social; kelompok pendukung terapi enterostoma

9. Pencegahan 
a. Hindari makanan tinggi lemak, protein, kalori serta daging merah. Jangan lupakan konsumsi kalsium dan asam folat
Makanan yang harus dihindari :
Daging merah, Lemak hewan , Makanan berlemak, Daging dan ikan goreng atau panggang , Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
Makanan yang harus dikonsumsi: 
Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts ), Butir padi yang utuh, Cairan yang cukup terutama air
b. Setelah menjalani polipektomi adenoma disarankan pemberian suplemen kalsium 
c. Disarankan pula suplementasi vitamin E dan D
d. Makan buah dan sayuran tiap hari
e. Pertahaankan Indeks Masa Tubuh antara 18,5-25,0 kg/m² sepanjang hidup
f. Lakukan aktivitas fisik, semisal jalan cepat paling tidak 30 menit dalam sehari
g. Hindari kebiasaan merokok
h. Segera lakukan kolonoskopi dan polipektomi pada pasien yang ditemukan adanya polip
i. Lakukan deteksi dini dengan tes daarah samar sejak usia 40 tahun.


ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa dan Intervensi keperawatan 
1. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan oral yang tidak adekuat 
Intervensi :
a. Kaji pola makan klien (pantau masuk setiap hari)
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi
b. Tentukan tingkat kebutuhan nutrisi klien
Rasional : Mengetahui kebutuhan nutrisi yang terpenuhi oleh klien sehingga dapat optimal. 
c. Beri diet tinggi kalori, kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat
Rasional : Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan (untuk menghilangkan produksi sisa) 

2. Nyeri berhubungan dengan reflek sekunder terhadap iritasi lumen kolon. 
Intervensi :
a. Kaji intensitas nyeri,Tentukan riwayat nyeri, intake, frekuensi, deviasi dari skalanya (1 – 10)
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan 
b. Ajaran teknik relaksasi
Rasional : memungkinkan klien untuk berpartisipasi serta aktif dan meningkatkan rasa kontrol. 
c. Kolaborasi medi dengan pemberian analgetik
Rasional : Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan.

3. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi kolon
Intervensi :
a. Dorong masukan cairan adekuat (misalnya 2000 ml / 24 jam)
Rasional : menurunkan potensi terhadap konstipasi dengan memperbaiki konsistensi feces dan merangsang peristaltik.
b. Pastikan diet yang tepat hindari makanan tinggi lemak (Misalnya mentega, makanan gorengan, kacang) dan berikan makana dengan kandungan serat tinggi. 
Rasional : Stimulasi GI yang dapat meningkatkan matilitas atau frekuensi defekasi. 
c. Kolaborasi medis untuk memberikan  pelunak faices sesuai indikasi 
Rasional : Penggunaan profilaktin dalam mencegah komplikasi lanjut pada beberapa pasien.

4. Intoleransi aktivitas behrubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dan kelemahan fisik
Intervensi :
a. Kaji respon individu terhadap aktivitas 
Rasional : mengetahui tingkat kemampuan individu dalam memenuhi aktivitas sehari-hari. 
b. Bantu klien dalam memenuhi aktivitas kebutuhan sehari-hari dengan tingkat keterbatasan yang dimiliki klien
Rasional : Energi yang dikeluarkan lebih optimal
c. Jelaskan pentingnya pembatasan energi 
Rasional : energi penting untuk membantu proses metabolisme tubuh 

  
DAFTAR PUSTAKA

Diananda, Rama. 2009. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Jogjakarta : KataHati
Doenges. Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasikan perawatan Pesien. Jakarta : EGC
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Price, Sylvia. 2006.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC
Suddarth, Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Tucker, Susan Martin. 2008.Standar Perawatan Pasien Perencanaan Kolaboratif dan Intervensi Keperawatan. Edisi tujuh Volume dua. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Terimaksih sudah membaca Askep Carsinoma Colon semoga bermanfaat untuk anda

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Askep Carsinoma Colon