KONSEP DASAR
1. Definisi
Osteomilitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunakkarena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tolang baru di sekeliling jaringan tulang mati). (burner at all, 2002)
Osteomilitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan proses spesifik (misal, tuberkulosa, jamur). (Arif Mansjoer, 2000).
Osteomilitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan proses spesifik (misal, tuberkulosa, jamur). (Arif Mansjoer, 2000).
2. Klasifikasi
Pembagian osteomilitis antara lain
a. Osteomilitis primer
Osteomilitis primer disebabkan penyebaran secara hematogen dari fokus lain misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran pernafasan atas. dan Osteomilitis primer dapat dibagi osteomilitis akut dan osteomilitis kronis.
b. Osteomilitis sekunder
Osteomilitis sekunder atau osteomilitis per kontinuitatum disebabkan karena penyebaran kuman disekitarnya. Dapat berhubungan dengan jaringan lunak (misal : ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskular) atau kontaminasi langsung tulang (misal : fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang). ( Arif Mansjoer, 2000. Burner at all 2002)
3. Faktor Resiko
Nutrisi buruk, Lansia, Kegemukan, Penderita diabetes, Atritis reumatoid, Mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, Penbedahan sendi, Sepsis, Pembedahan ortopedi lama, Infeksi luka, Nekrosis insisi marginal.
4. Manifestasi Klinis
Jika infeksi dibawa oleh darah (osteomilitis primer) :
- Menggigil
- Demam tinggi
- Denyut nadi cepat
- Malaise umum
Jika osteomilitis terjadi akibat penyebaran infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsun (osteomilitis sekunder) :
- Membengkak
- Nyeri
- Nyeri tekan
Pasien dengan osteomilitis kronik ditandai dengan push yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang
- Nyeri
- Inflamasi
- Pembengkakan
- Pengeluaran push.
- Infeksi derajad rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
- Infeksi derajad rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
5. Patofisiologi
Staphylococus aureus merupakan penyebab 70 % samapai 80 % infeksi tulang. Organisme patoigenik lain yang sering dijumpai pada osteomilitis meliputi Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia coli.
Awitan osteomilitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi 3 bulan pertama (akut fulminan stadium 1) dan seiring berhubungan dengan penumpukan hematoma dan ifeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomilitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan (burner at all, 2002).
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trobosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, menyebabkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis ke bawah periosteumdan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang (burner at all, 2002).
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mat, amun seperti rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (squestrum) tidak mudah mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak dapat mengempis dan sembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namnun squestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomilitis kronik (burner at all, 2002).
6. Penatalaksanaan
a. Rendaman hangat untuk meningkatkan aliran darah
b. Pemberian Antibiotika
c. Pembedahan
Bila pasien tidak menunjukkan respon terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah tersebut diirigasi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril.
d. Squstrektomi
Pengangkatan involkurun secukupnya supaya squestrum dapat diangkat. Semua kartilago dan tulang yang terinfeksi diangkat supaya dapat terjadi penyempuhan yang permanen.
e. Menutup rapat luka
Menutup rongga mati “dead space” agar dapat diisi jaringan granulasi. Misal penggunaan tampon.
f. Pengisian tulang kaselus dan Flap otot
Rongga yang debridemen dapat diisi dengan graf tulang kaselusuntuk merangsang penyembuhan.; pada rongga yang cukup besar dapat diisi dengan transfer tulang pembuluh darah atau flap otot (suatu otot diambil dari jaringan di sekitarnya, namun dengan pembuluh darah yang utuh).
g. Fiksasi interna dan alat penyokong eksterna.
7. Pemeriksaan Diagnostik
- Sinar – X
- Pemindaian tulang
- Pemeriksaan darah, push, cairan sendi dan tulang
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d Inflamasi dan pembengkakan
Tujuan : mengurangi nyeri
Kriteria Hasil :
- Klien menyatakan nyeri berkurang
- Klien tidak mengalami nyeri tekan pada tempat terjadinya infeksi
- Tidak mengalami ketidak nyamanan bila bergerak
Intervensi :
a. Kaji derajad nyeri klien
b. Kaji daerah nyeri
c. Gunakan terapi distraksi
d. Klaborasi : Penggunaan analgetik, kotikosteroid
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri
Tujuan : Memperbaiki mobilitas fisik
Kriteria hasil :
- Klien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri
- Mempertahankan fungsi penuh ekstrimitas yang sehat
- Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
Intervensi :
a. Kaji imobulisaasi klien
b. Dorong partisipasi pada aktivitas terapetik
c. Ubah posisi secara periodik
3. Resiko penyebaran infeksi b.d septikemia dan tidakan pembedahan
Tujuan : Mengotrol prosses infeksi
Kriteria hasil :
- klien memakai anti biotika sesuai resep
- suhu badan normal
- tidak ada pembengkakan
- tidak ada pus
- Angka leukosit dan LED kembali normal
Intervensi ;
a. Perhatikan teknik aseptik dalam perawatan luka
b. Inspeksi balutan dan luka, perhatikan karateristik drainase
c. Awasi tanda vital
d. Kolaborasi ; kultur luka, antibiotik
4. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang program pengobatan
Tujuan : Klien mematuhi rencana terapetik
Kriteria hasil :
- memakai anti biotika sesuai resep
- melindungi tulang yang lemah
- memperlihatkan perawatan luka yang benar
Intervensi :
a. Jelaskan tentang kondisi klien
b. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan alasannya
c. Ajarkan perawatan luka secara mandiri
Terimakasih sudah berkunjung, semoga Askep Osteomilitis bermafaat,,