Definisi
Hipermetropi atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak dibelakang retina. Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan di belakang makula lutea (Sidarta Ilyas, 2010 : 78).
Etiologi
Hipermetropia dapat disebabkan :
a. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan refraksi akibat bola mata pendek, atau sumbu anteroposterior yang pendek.
b. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina
c. Hipermetropia refraktif, dimana terdapat indeks bias kurang pada sistem optik mata (Sidarta Ilyas, 2010 : 78).
Klasifikasi Hipermetropia
Hipermetropi dikenal dalam bentuk :
a. hipermetropia manifes
ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolute ditambah dengan hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifest didapatkan tanpa sikloplegik dan hipermetropia yang dapat dilihat dengan koreksi kacamata maksimal.
b. hipermeropia absolut
dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten yang ada berakhir dengan hipermetropia absolute ini. Hipermetropia manifes yang tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai hipermetropia absolute, sehingga jumlah hipermetropia fakultatif dengan hipermetropia absolute adalah hipermetropia manifes.
c. hipermetropia fakultatif
dimana kelainan hipermetropia dengan diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya mempunyai hipermetropi fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata positif yang memberikan penglihatan normal maka otot akomodasinya akan mendapatkan istirahat. Hipermetropia manifest yang masih memakai tenaga akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif.
d. hipermetropia laten
dimana kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia (atau dengan obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan sikloplegia. Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten sehari-hari diatasi pasien dengan akomodasi terus-menerus, terutama bila pasien masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.
e. hipermetropia total
hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan sikloplegia. (Sidarta Ilyas, 2010 : 78-79).
Hipermetropi atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak dibelakang retina. Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan di belakang makula lutea (Sidarta Ilyas, 2010 : 78).
Etiologi
Hipermetropia dapat disebabkan :
a. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan refraksi akibat bola mata pendek, atau sumbu anteroposterior yang pendek.
b. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina
c. Hipermetropia refraktif, dimana terdapat indeks bias kurang pada sistem optik mata (Sidarta Ilyas, 2010 : 78).
Klasifikasi Hipermetropia
Hipermetropi dikenal dalam bentuk :
a. hipermetropia manifes
ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolute ditambah dengan hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifest didapatkan tanpa sikloplegik dan hipermetropia yang dapat dilihat dengan koreksi kacamata maksimal.
b. hipermeropia absolut
dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten yang ada berakhir dengan hipermetropia absolute ini. Hipermetropia manifes yang tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai hipermetropia absolute, sehingga jumlah hipermetropia fakultatif dengan hipermetropia absolute adalah hipermetropia manifes.
c. hipermetropia fakultatif
dimana kelainan hipermetropia dengan diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya mempunyai hipermetropi fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata positif yang memberikan penglihatan normal maka otot akomodasinya akan mendapatkan istirahat. Hipermetropia manifest yang masih memakai tenaga akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif.
d. hipermetropia laten
dimana kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia (atau dengan obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan sikloplegia. Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten sehari-hari diatasi pasien dengan akomodasi terus-menerus, terutama bila pasien masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.
e. hipermetropia total
hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan sikloplegia. (Sidarta Ilyas, 2010 : 78-79).
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat diambil pada kasus hipermetropia adalah sebagai berikut :
a. Gangguan rasa nyaman (pusing) berhubungan dengan usaha memfokuskan pandangan
b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan sinar pada retina
c. Risiko cidera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan (Indriani Istiqomah, 2004 : )