askep mastoiditis

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap individu berhak atas taraf hidup yang memadai bagi kesejahteraan dirinya maupun keluarganya, termasuk diantaranya sandang pangan, perumahan dan perawatan kesehatan. Pelayanan dirumah sakit diupayakan menuju standar mutu yang telah ditetapkan. Demakian halnya untuk masing – masing bidang pelayanan, salah satunya adalah bagian bedah, sehingga komplikasi pasca pembedahan dapat dihindari. Kondisi kesehatan masyarakat saat ini memungkinkan terjadinya perubahan pada pola penyakit. Salah satunya adalah penyakit yang menyerang telinga atau bisa disebut mastoiditis kronis.
Di Amerika Serikat dan negara maju lain, kejadian dari mastoiditis cukup rendah, sekitar 0,004%, meskipun lebih tinggi di negara-negara berkembang. Usia paling umum terkena adalah 6-13 bulan, Laki-laki dan perempuan sama-sama terpengaruh dan beresiko terkena penyakit mastoiditis. Di negara indonesia belum diketahui secara jelas persentasi kejadian dari pada mastoiditis ini, tetapi negara kita merupakan negara berkembang menuju negara yang maju yang masih rentan dan beresiko tinggi terhadap penyakit ini. Pengobatan biasanya diawali dengan pemberian suntikan antibiotik lalu disambung dengan antibiotic per oral minimal selama 2 minggu. Jika pemberian antibiotic tidak memberikan hasil untuk mengatasi masalah ini, dilakukan mastoidiktomi (pengangkatan sebagian tulang dan pembuangan nanah).
Walaupun angka kejadian dari penyakit mastoiditis di Indonesia ini mulai berkurang dari tahun ketahunnya namun hal ini merupakan sesuatu yang tidak bisa disepelekan karena apabila tidak ditangani dengan tepat maka klien akan mengalami gangguan pendengaran yang bersifat kronis dan sangat mengganggu kenyamanan,    hal inilah yang menjadi dasar kenapa penulis mengangkat makalah ini. Dan diharapkan kepada pembaca untuk bisa memahami secara umum maupun secara khusus tentang penyakit mastoiditis dan dapat mengaplikasikannya di kehidupan yang nyata.

B.     Tujuan
1.    Tujuan Umum
    Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami gambaran umum tentang Mastoiditis dan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Mastoiditis.

2.    Tujuan Khusus
a.    Mengetahui tentang pengertian Mastoiditis
b.    Mengetahui tentang anatomi fisiologis Mastoiditis
c.    Mengetahui tentang etiologi dari Mastoiditis
d.    Mengetahui tentang klasifikasi dari mastoiditis
e.    Mengetahui tentang patofisiologi dan pathwey dari Mastoiditis
f.     Mengetahui tentang manifestasi klinis Mastoiditis
g.    Mengetahui tentang komplikasi Mastoiditis
h.    Mengetahui tentang  penatalaksanaan medis maupun penatalaksanaan keperawatan dari mastoiditis
i.     Mengetahui tentang pemeriksaan penunjang Mastoiditis
j.     Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Mastoiditis



BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Definisi
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal ( Brunner dan Suddarth, 2000).

Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang yang menonjol dibelakang telinga) yang berlangsung cukup lama. Mastoiditis marupakan peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari otitis media kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel – sel mastoid udara yang melekat ditulang temporal (  Reeves, 2001 ).

Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali terlibat, menimbulkan peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan ekstensif (osteomyelitis)  (Parakrama, 2006).

B.    Etiologi
Menurut Brunner & Sudddert, 2000, Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi .Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid
Penyebab lain dari Mastoiditis antara lain:
1.    Terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut
2.    Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut  yaitu streptococcus pnemonieae.
3.    Bakteri lain yang sering ditemukan adalah branhamella catarrhalis, streptococcus group-A dan staphylococcus aureus, streptococcus aureus. Bakteri yang biasanya muncul pada penderita mastoiditis anak-anak adalah streptococcus pnemonieae.

C.    Klasifikasi
Klasifikasi dari mastoiditis menurut Brunner & Suddert 2000, antara lain:
-  Acute mastoiditis, biasa terjadi pada anak-anak, sebagai komplikasi dari otitis media     akut suppurative.
-  Chronic mastoiditis, biasanya berkaitan dengan cholesteatome dan penyakit telinga     kronis.
-  Incipient mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat langsung di bagian mastoid.
-  Coalescent mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat komplikasi dari infeksi di organ     tubuh yang lain.

D.   Patofisiologi
Menurut Brunner & Suddert, 2000, Penyakit mastoiditis pada umumnya diawali dengan otitis media yang tidak ditangani dengan baik. Biasanya otitis terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut infeksi dan nanah menggumpal disel-sel udara mastoid.
Mastoiditis  kronik  dapat  mengakibatkan  pembentukan kolesteatoma yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitelskuamosa) dari lapisan luar membran timpani ke tengah. Kulit dari membran timpani lateral membentuk kantung luar yang akan berisi kulit yang telah rusak dan baha sebaseur. Kantung dapat melekat ke struktur telinga tengah  dan  mastoid.  Bila  tidak  ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan     paralisisnervus fasialis. Kehilangan pendengaran sensori neural dan atau gangguan keseimbangan (akibat erusi telinga dalam) dan absesotak .
Mastoiditis terjadi sebagai lanjutan dari otitis media supuratik kronik, peradangan dari rongga telinga tengah menjalar ke tulang mastoid melalui saluran aditus adantrum. Mastoiditis dibagi menjadi 2 macam, yaitu bentuk jinak (benigna) dan bentuk ganas (maligna). Pada  bentuk  maligna  peradangan  berlanjut  ke  dalam  tulang tengkorak (intrakranial) sehingga dapat terjadi meningitis, absissubdural, abses otak, tromboflebitis sinus, lateralis, serta mungkin juga terjadi hidrosefalus
Mastoiditis dapat  terjadi  pada  pasien-pasien  imunosupresi atau  mereka  yang  menelantarkan  otitis  media  akut  yang dideritanya. Penyakit ini berkaitan dengan  virulensi dari organisme penyebab. Organisme penyebab yang lazim adalah sama dengan penyebab  otitis  media  akut  yaitu streptococcus  hemlytiens, pneumococcus,   sthapilococcus  aureus  lalbus,  streptococcusviridans.

D.   Manifestasi Klinis
1.      Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.
2.      Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid.
3.      Demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar.(Brunner & Suddert 2000)

F.   Komplikasi
1.     Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah perforasi gendang telinga  dengan cairan yang terus menerus keluar.
2.     Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan kehilangan pendengaran atau vertigo disebut juga otitis intema
3.     Meningitis yaitu peradangan meningen (radang membran pelindung sistem saraf) biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.
4.     Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam jaringan otak.
(Brunner & Suddert 2000)

G.    Penatalaksanaan
    Menurut Brunner & Suddert 2001, penatalaksanaan klien mastoiditis yaitu dengan :
a)    Penatalaksanaan Medis
    Penatalaksanaan medis klien dengan mastoiditis antara lain:
1.    Pemberian antibiotik sistemik
Diberikan beberapa minggu sebelum operasi dapat mengurangi atau menghentikan supurasi aktif dan memperbaiki hasil pembedahan.
2.    Pembedahan
a.  Timponoplasti
Adalah rekonstruksi bedah pada mekanisme pendengaran ditelinga tengah, dengan memperbaiki membrana tympanica melindungi finestra cochlease dari tekanan suara. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menyelamatkan dan memulihkan pendengaran, dengan congkok membran timpani dengan rekonstruksi telinga tengah. Sedangkan tujuan skundernya adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki pendengaran (timpanoplasti) bilamana mungkin. Terdapat berbagai teknik timpanoplasti yang berbeda yaitu pencangkokan (kulit, fasia, membran timpani homolog) dan rekonstruksi (osikula homolog, kartilago dan aloplastik).
b.   Mastoidektomi
Adalah pembedahan pada tulang mastoid. Tujuan dilakukan mastoidektomi adalah untuk menghilangkan jaringan infeksi, menciptakan telinga yang kering dan aman.

b)    Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan mastoiditis menurut Brunner & Suddert 2000, antara lain:
1.       Perawatan Pre-operasi
    Perawat mengajarkan secara khusus pada klien yang dijadwalkan untuk menjalani tympanoplasty.
2.      Perawat post operasi
    Rendaman antiseptik gauze (an antiseptic-soaked gauze) seperti lodoform gauze (nauga-uze) dibalut dalam kanal audiotori.
3.      Terapi konservatif
    Yaitu menasehati unuk menjaga telinga agar tetap kering serta membersihkan telinga dengan penghisap secara berhati-hati ditempat praktik.
4.    Pemberian bubuk atau obat tetes yang biasanya mengandung antibiotik dan steroid.

I.    Pemeriksaan Penunjang
Menurut Brunner & Suddert 2000, meliputi :
1.       Pemeriksaan Darah
2.       Foto Mastoid
3.       Kultur Bakteri Telinga
4.       MRI
5.       CT Scant
6.       Radiologi
7.       Tympanocintesis & myringotomi



BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
        Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali terlibat, menimbulkan peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan ekstensif (osteomyelitis).
        Mastoiditis diakibatkan oleh menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid. Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitel skuamosa) dari lapisan luar membran timpani ke tengah. Mastoiditis dibagi menjadi 2 macam, yaitu bentuk jinak (benigna) dan bentuk ganas (maligna).
        Mastoiditis terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang telah diobati secara tidak memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam sistem sel udara mastoid yang berisi udara dengan osteoporosis hiperemik

B.    Saran
        Mastoiditis merupakan penyakit yang rawan menyerang kita. Maka dari itu disarankan agar setiap individu waspada terhadap timbulnya mastoiditis dengan cara lebih menjaga kebersihan diri terutama telinga. Jika timbul gejala – gejala mastoiditis segeralah periksa kedokter.



DAFTAR PUSTAKA

Adams, G.L, 1997, BOIES Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC
Candra, S. P, 2006, Ringkasan Patologi Anatomi, Jakarta: EGC
Smeltzer, S. C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Jakarta: EGC
Wilkinson, J. M, 2007, Buku Ajar Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : askep mastoiditis