Askep Polio

KONSEP DASAR

 Askep Polio

1. Definisi
Poliomyelitis (polio) adalah Penyakit kelumpuhan akut yang menular yang disebabkan oleh virus polio dengan predileksi virus pada sel kornu anterior medulla spinalis,inti motorik batang otak dan area motorik korteks otak yang menyebabkan kelumpuhan dan atrofi otot ( Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis; Bag.IKA,FKUI)
Poliomyelitis adalah Penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak dan akibat kerusakan bagian susunan saraf pusat tersebut akan terjadi kelumpuhan dan atrofi otot. ( Buku Ilmu kesehatan Anak Jilid 2 FKUI )

2. Etiologi
Poliomyelitis disebabkan oleh virus dimana virus polio ini tergolong dalam jenis enterovirus, virus polio ini ada 3 strain yg dapat dikenali jenisnya yaitu :
- 1 Brunhilde
- 2 Lansing
- 3 Leon
Masa Inkubasi biasanya antara 7 – 10 hari kadang-kadang 3-35 hari
Akan tetapi yang sering menyebabkan wabah adalah yang tipe 1, sedang yang tipe 2 dan 3 menyebabkan kelumpuhan dari virus vaksin/vaccine associated

3. Faktor resiko
Semua orang rentan terhadap infeks virus polio namun kelumpuhan terjadi sekitar 1% dari infeksi, sebagian dari penderita ini akan sembuh dan masih tetap lumpuh berkisar antara 0,1% sampai 1% 
Menurut Paul ( 1955) mengemukakan bahwa 40-50 tahun lalu di Eropa Utara terdapat penderita Poliomyelitis terbanyak antara umur 0-4 tahun, kemudian berubah menjadi umur 5-9 tahun dan kini di Swedia pada umur 7-15 tahun bahkan akhir –akhir ini pada usia 15 – 25 tahun .
Goar ( 1955) menguraikan tentang poliomyelitia di Negara berkembang dengan sanitasi yang buruk terdapat daerah epidemic poliomyelitis ditemukan 90% pada anak dibawah umur 5 tahun, sehingga di Indonesia penyakit poliomyelitis jarang ditemukan pada orang dewasa

4. Patofisiologi
Pada umumnya virus yang tertelan akan menginfeksi di epitel orofaring,tonsil,kelenjar limfe pada leher dan usus kecil/halus. Faring akan segera terkena setelah virus masuk dan karena virus tahan terhadap asam lambung maka virus dapat mencapai saluran cerna bagian bawah tanpa perlu proses in aktivasi. Dari faring setelah bermultiplikasi virus akan menyebar pada jaringan limfe tonsil yang berlanjut pada aliran limfe dan pembuluh darah. Virus dapat dideteksi pada nasofaring setelah 24 jam sampai 3-4 minggu. Infeksi susunan saraf pusat dapat terjadi akibat viremia yang menyusul replikasi cepat virus ini. Virus polio menempel dan berkembang biak pada sel usus yang mengandung PVR ( PolioVirus Reseptor) dalam waktu sekitar 3 jam setelah infeksi telah terjadi kolonisasi. Sel yang menganduk PVR tidak hanya di usus dan tenggorok saja akan tetapi terdapat di sel monosit dan sel neuro motor di SSP, sekali terjadi perkaitan antara virion dan replikator akan terjadi integrasi RNA ke dalam virion berjalan cepat sehingga dari infeksi sampai pelepasan virion baru hanya memerlukan waktu 4-5 jam. Sedang virus yang bereplikasi secara local kemudian menyebar pada monosit dan kelenjar limfe yang terkait. Perlekatan dan penetrasi virus dapat dihambat oleh secretory IgA lokal, kejadian neuropati pada poliomyelitis merupakan akibat langsung dari multiplikasi virus di jaringan saraf,itu merupakan gejala yang patognomonik namun tidak semua saraf yang terkena akan mati keadaan reversibillitas fungsi sebagian disebabkan karena sprouting dan seolah kembali seperti sediakala dalam waktu 3 – 4 minggu setelah onset. Terdapat kelainan perivaskular dan infiltrasi interstisiel sel glia, secara histology pada umumnya kerusakan saraf yang terjadi luas namun tidak sejalan dengan gejala klinisnya.
Gambaran patologik menunjukkan adanya reaksi peradangan pada system retikuloendoteal terutama jaringan limfe, kerusakan terjadi pada sel motor neuron karena virus bersifat sangat neuronotropik,tetapi tidak menyerang neuroglia,myelin atau pembuluh darah besar. Terjadi juga peradangan pada sekitar sel yang terinfeksi dehingga kerusakan sel makin luas. Kerusakan pada sumsum tulang belakang terutama pada anterior horn cell/kornu anterior,pada otak kerusakan terutama terjadi pada sel motor neuron formasi dari pons dan medulla,nuclei vestibules,serebelum sedang lesi pada kortex hanya merusak daerah motor dan premotor saja. Pada jenis bulbar lesi terutama mengenai medulla yang berisi nuklai motor dari saraf otak , replikasi pada sel motor neuron di SSP yang akan menyebabkan kerusakan permanen.

5. Manifestasi
Tanda –tanda klinik yang timbul kemudian akan sesuai dengan kerusakan anatomic yang terjadi biasanya masa inkubasi adalah 3-6 hari prodromal dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari. Replikasi di motor neuron sumsum tulang belakang akan menimbulkan kerusakan sel dan kelumpuhan serta atrofi otot sedangkan virus yang menyebar ke batang otak akan berakibat kelumpuhan bulbar dan pernafasan. Selain gejala klinik yang akut juga dikenal adanya post polio syndrome ( PPS) yang gejala kelumpuhannya terjadi bertahun-tahun setelah infeksi virus akut.
Manifestasi klinik ini dibagi menjadi 4 fase sesuai perjalanan penyakitnya;
a. Silent Infection/Asimptomatis
Mulai masuknya virus setelah masa inkubasi 7-10 hari dimana karena daya tahan tubuh yang membentuk antibody sehingga tidak ada tanda gejala klinis pada daerah epidemic diperkirakan antara 90 – 95% penduduk dan dapat menyebabkan imunitas terhadap virus tersebut.
b. Poliomyelitis abortif
Diduga secara klinis hanya pada daerah epidemic terutama yang kontak dengan penderita, gejala timbul mendadak dan berlangsung dalam beberapa jam sampai hari dengan gejala klinik berupa malaise,anoreksia,nausea,muntah, nyeri kepala,sakit tenggorokan, demam, konstipasi dan nyeri abdomen. Gejala mirip dengan influenza.
c. Poliomyelitis non-paralitik
Gejala klinik hamper sama dengan fase abortif hanya nyeri kepala,mual dan muntah lebih berat gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk fase 2 dengan nyeri otot. Yang khas dari penyakit ini adanya nyeri dan kaku otot dibelakang leher,tubuh dan tungkai hipertonia mungkin disebabkan adanya lesi pada batang otak,ganglion spinal,dan kolumna posterior, bila anak berubah posisi duduk dari sikap tidur,ia akan menekuk kedua lutut keatas sedangkan kedua lengan menunjang kebelakang pada tempat tidur ( tanda tripod) dan terlihat kekakuan otot spinal oleh spasme,kaku kuduk terlihat secara pasif dengan Kernig dan Brudzinsky yang positif. Head drop ialah bila tubuh pasien ditegakkan dengan menarik pada kedua ketiak akan menyebabkan kepala jatuh kebelakang. Reflex tendon biasanya tidak berubah dan bila terdapat perubahan maka kemungkinan akan terdapat poliomyelitis paralitik, diagnosis banding dengan meningismus,meningitis serosa,tonsillitis akut yang berhubungan dengan adenitis servikalis.
d. Poliomyelitik paralitik
Gejala yang terdapat pada fase ini hamper sama dengan fase poliomyelitis non paralitik hanya ditambah dengan kelemahan otot satu atau lebih dari kumpulan otot skeletal atau cranial. Timbul paralisis akut pada bayi ditemukan paralisis vesika urinaria dan atonia usus.secara klinis dapat dibedakan beberapa bentuk sesuai dengan tingginya lesi pada susunan saraf yaitu :

6. Komplikasi
- Pneumonia 
- Deformitas otot berakibat kipo skoliosis
- Koma

7. Penatalaksanaan
Medis
Terapi poliomyelitis tidak ada yang spesifik akan tetapi tergantung penyulit yang timbul, inhibisi metabolic untuk mencegah serangan virus ke susunan saraf yang dilakukan in-vitro dapat dikerjakan pada manusia, pemberian immunoglobulin mungkin dapat mencegah penyebaran secara hematogen ke susunan saraf yg lain tetapi apabila sudah terjadi paralisis sudah terlabat untuk diberi immunoglobulin, fisioterapi dan ortopedi perlu diperhatikan , managemen suportif yang baik seperti respirasi buatan pada kasus poliomyelitis bulbar yang terjadi gangguan respirasi dan kardiovaskuler.
Untuk penatalaksanaan medis hanya pada kasus preparalitik dan paralitik yang bersifat simptomatis yaitu pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri, tirah baring/istirahat merupakan terapi penting untuk mencegah footdrop, bila anak mengalami gelisah diberikan obat sedative ringan,seperti diazepam, pada otot yang sakit dikompres dengan buli-buli panas,bila demam diberikan antipiretik.
Selama fase akut /paralitik dapat diberikan analgetik non narkotik,rasa nyeri pada otot dikurangi dengan istirahat/tirah baring,dianjurkan untuk melakukan fisioterapi yang dimulai pada masa konvalesens untuk mencegah kontraktur, pemberian cairan suplemen peroral dan enema bila perlu untuk mencegah konstipasi, setelah fase akut lewat harus dilakukan fisioterapi aktif,braces untuk mengkompensasi kelemahan otot yang terjadi.

Penatalaksanaan Penunjang
- Pemeriksaan Darah perifer untuk mengetahui peningkatan sel leukosit
- Pemeriksaan Cairan Serebrospinal 
- Pemeriksaan specimen faeses/tinja
- Serologi 
- Isolasi Virus 

Manajemen Diet
- Diet yang diberikan mengandung gizi seimbang( kalori,protein,vitamin dan mineral ) sesuai dengan pertumbuhan anak 

Penatalaksanaan Keperawatan
- Pelaksanaan tindakan perawatan mandiri
- Memberikan penyuluhan  kesehatan tentang :

Penularan 
- Jalur fecal – oral,merupakan jalur penularan yang cepat didaerah dengan sanitasi yang buruk
- Pada daerah dengan sanitasi yang baik penularan melalui secret faring akan tetapi jarang terjadi.

Pencegahan:
- Imunisasi Rutin untuk bayi s/d usia 1 tahun
- Imunisasi Massal ( PIN )
- Survailance AFP
- Mopping Up
- Melakukan Planning untuk rencana keperawatan di rumah
- Menganjurkan untuk kontrol terapi pengobatan 
- Menganjurkan utk melakukan Terapi rehabilitasi ( latihan jalan,massage betis,fisioterapi )
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain ( Dokter,fisioterapi,dll)

DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar FKUI, 2005 ,Buku Ajar Ilmu Kesehatan anak.Bag.Ilmu Kesehatan Anak FKUI
Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medical Bedah vol.3, EGC
Manual Pemberantasan Penyakit Menular,Infomedika,CV,2006,edior James Chin,MD,MPH
Staf pengajar FKUI,Buku ajar Infeksi & Pediatri Tropis,Bag.Ilmu Kesehatan Anak FKUI
Ngastiyah,2005,Perawatan Anak Sakit,EGC
Donna L Wong,Pedoman Klinik Perawatan Pediatrik,EGC 2003

Terimaksih sudah membaca Askep Polio semoga bermanfaat untuk anda

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Askep Polio