pathway rinitis

Pengertian
Menurut WHO tahun 2001, rinitis adalah kelainan hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh Ig E. (Efianty Arsyad Soepardi,dkk.,2010:128).

Klasifikasi rinitis adalah
1.    Menurut sifatnya rinitis dapat dibedakan menjadi :
  a)    Rinitis akut (coryza, commond cold)
  b)     Rinitis kronis

2.    Berdasarkan penyebabnya, rinitis dapat dibedakan menjadi:
  a)    Rinitis alergi
        Macam-macam rinitis alergi berdasarkan sifat berlangsungnya, yaitu:
        a.    Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis). 
        b.    Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial)

  b)    Rinitis Non Alergi
    a. Rinitis vasomotor
    b. Rinitis medikamentosa

Berikut adalah pathway rinitis silahkan di lihat
 

Etiologi
1)    Rinitis alergi
a)    Immediate Phase Alergic Reaction,
b)    Late Phase Alergic Reaction,

Berdasarkan cara masuknya alergen dibagi atas :
a)    Alergen inhalan,
b)    Alergen ingestan,
c)    Alergen injektan,
d)    Alergen kontaktan,
                                                (Efianty Arsyad Soepardi,dkk.,2010:129).
2)    Rinitis non alergi
a)    Rinitis Vasomotor
b)    Rinitis Medikamentosa

Patofisiologi
1)    Rinitis Alergi
    Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti tahap provokasi/reaksi alergi.pada kontak  pertama dengan alergen, makrofag dan monosit sebagai penyaji akan menangkap allergen yang menempel dimukosa hidung. Setelah diproses, antigen akan membentuk fragmen pendek peptida dan bergabung dengan molekul HLA (Human Leukosit Antigen) dan akan membentuk komplek peptida MHC (Major Histocompatibility Complex) yang kemudian akan bertemu oleh sel T helper.
    Kemudian sel penyaji akan melepaskan sitokin seperti interleukin dan sel T helper akan berproliferasi (memperbanyak diri) yang menghasilkan berbagai sitokin dan sel limfosit B dalam darah akan mengikat sitokin tersebut. Mengakibatkan sel limfosit B akan menjadi aktif dan akan menghasilkan Ig E. Ig E di aliran darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh mastoid/basofil (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi. Bila mukosa ini terpapar allergen yang sama, Ig E akan mengikat allergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnya dinding sel mastoid & basofil) yang mengakibatkan mediator kimia terlepas (histamin).
    Histamin ini akan merangsang H1 pada ujung syaraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Dan histamine juga akan menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan pemeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore yang akan terjadi hidung tersumbat sehingga akan mengakibatkan obstruksi saluran pernafasan. (Efianty Arsyad Soepardi,dkk.,2010:128).
2)    Rinitis non alergi
Pemakaian topikan vasokonstriktor berulang dan dalam waktu lama akan menyebabkan terjadinya fase dilatasi berulang setelah vasokonstriksi sehingga timbul gejala obstruksi. Hal ini menyebabkan pasien lebih sering dan lebih lama lagi memakai obat tersebut. Pada keadaan ini ditemukan kadar agonis alfa adrenergic yang tinggi di mukosa hidung. dan akan diikuti penurunan sensitivitas reseptor alfa adrenergic di pembuluh darah sehingga terjadi suatu toleransi. Aktivitas dari tonus simpatis yang menyebabkan vasokonstriksi (dekongesti mukosa hidung) menghilang. Akan terjadi dilatasi dan kongesti jaringan mukosa hidung. Kerusakan yang terjadi pada mukosa hidung pada pemakaian obat tetes hidung dalam waktu lama ialah: silia akan rusak, sel goblet berubah ukurannya,  membran basal menebal, pembuluh darah melebar, stroma tampak edema, hipersekresi kelenjar mucus dan perubahan pH secret hidung, lapisan sub mukosa menebal dan lapisan periostium menebal. Oleh karena itu pemakaian obat vasokonstriktor sebaiknya tidak lebih dari satu minggu, dan sebaiknya yang bersifat isotonik dengan sekret hidung normal (pH antara 6,3 dan 6,5). (Efianty Arsyad Soepardi,dkk.,2010:137).





Terimakasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : pathway rinitis